Jumat, 21 Agustus 2009

PERANG BADAR bag-1

Tulisan ini diambil dari rubrik Tinta Emas Radio FAJRI 91.4 FM

Tinta Emas kali ini mengisahkan kegemilangan kaum muslimin dalam penumpasan kaum musyrik yang terjadi pada bulan ramadhan, ketika keadaan kaum muslimin sedang melaksanakan ibadah shaum, yaitu tepatnya dalam perang badar.

Kaum muslimin terlihat sangat semangat dan gigih dalam menegakan agama islam walau pun pada saat itu dalam bulan ramadhan.

Sebelum perang badar pecah, kaum muslimin yang berada di Kota Madinah berlatih agar mereka tidak lagi dilecehkan oleh kaum musyrik. Selain itu juga agar orang musyrikin maupun kabilah-kabilah lainnya sadar akan kekuatan Islam yang selama ini tersebunyi. Inilah yang sekiranya dapat menggetarkan mereka sehingga mereka tidak menyerang umat Islam di Kota Madinah.

Lebih dari itu, hal ini agar masyarakat Quraisy paham bahwa orang-orang Muhajirin yang selama ini lari dari tekanan penindasan bukanlah pada posisi yang lemah dan hina. Namun kini mereka telah berubah menjadi satu komunitas yang kuat yang mampu menggetarkan dan patut diperhitungkan.

Rasulullah saw segera melatih para sahabatnya dan mengutus mereka untuk melakukan pengintaian di sekitar Kota Madinah secara berkala. Tujuannya adalah sebagai latihan, eksplorasi, dan persiapan peperangan.

Sebelum pecah perang pertama antara kaum Quraisy dengan kaum Muslimin di Badr, Rasulullah saw memerintahkan dan mengajarkan kepada para sahabatnya untuk melakukan pengintaian atau mematai-matai gerak gerik musuh dengan cara rahasia. Melalui cara dan taktik yang tidak diketahui oleh pihak musuh, sehingga cara ini kemudian dipakai dalam teknik peperangan selanjutnya.

Target pertama adalah pengintaian dan penyamaran ke daerah Waddan dan Abwa. Di daerah Waddan ini, mereka berhasil melakukan hubungan rahasia dengan pihak Bani Dhomroh dan melakukan kerjasama untuk menghadapi kaum musyrik Quraisy Mekkah. Dalam melakukan pengintaian pertama ini Rasulullah ikut bersama para sahabat.

Kemudian dalam pengintaian kedua ditugaskan kepada Hamzah bin Abdul Muthalib bersama dengan pembantunya menuju ke Laut Merah, tempat jalur perdagangan yang dilalui orang Mekkah ke Syria. Seterusnya pengintaian ketiga, Rasulullah saw menugaskan kepada Ubaidah bin al-Harist dengan disertai pembantunya menuju ke Mekkah. Guna melihat dan mengawasi gerak-geraik musuh di Mekkah.

Lalu pengintaian rahasia keempat, menuju ke Buwwath untuk mengecek dan mengawasi gerak-gerik satu kekuatan Quraisy yang dipimpin oleh Umayyah bin Khalf. Dalam pengintaian rahasia ini Rasulullah saw ikut serta bersama mereka.

Kemudian dilanjutkan dengan pengintaian rahasia kelima, ke daerah Usyairah. Dimana secara diam-diam Rasulullah saw dapat bertemu dengan kaum dari Bani Mudhij untuk mengadakan pembicaraan dan mengikat kerjasama untuk menghadapi kaum Quraisy. Seterusnya dilakukan pengintaian keenam, ketika didengar berita ada pasukan Kurz bin Jabir al Fihri melakukan kegiatan pengrusakan di wilayah kekuasaan Madinah disekitar daerah Shafwan, lalu Rasulullah saw mengeceknya, ternyata memang benar, hanya Kurz bin Jabir al Fihri sempat keluar dari wilayah Madinah.

Kemudian pengintaian ketujuh, Rasulullah menugaskan kepada Sa'ad bin Abi Waqqas untuk mengecek dan mengawasi atas kembalinya Kurz bin Jabir al Fihri ke wilayah Madinah. Seterusnya pengintaian kedelapan, Rasulullah saw menugaskan Abdullah bin Jahsy untuk mengintai dan mengawasi gerak-gerik musuh di daerah Nakla antara Mekkah dan Tha'if.

Dengan adanya pengajaran ini, terlihat bahwa Rasulullah adalah seorang yang sangat pandai dalam mengatur strategi perang, sehingga dengan pertolongan dari Allah setiap komando yang beliau lakukan selalu menuai keberhasilan, serta dikarenakan kepatuhan kaum muslimin kepada Rasulullah saw.

Sebelum perang badar pecah, prediksi Rasulullah saw dan para sahabat tentang kaum musyrikin benar-benar menjadi sebuah kenyataan. Tak lama setelah beliau menetap di Kota Madinah, orang-orang musyrikin di bawah pimpinan Kurz bin Jabir Al-Fihry melakukan penyerangan terhadap ladang penggembalaan hewan milik orang Madinah dan merampas beberapa ekor unta dan kambing milik kaum muslimin.

Rasulullah saw pun segera bergerak untuk mengusir agresor tersebut dan merebut kembali unta maupun kambing milik kaum muslimin yang sempat mereka rampas. Pasukan perang kaum muslimin di bawah pimpinan Rasulullah saw ketika itu bergerak sampai ke daerah Wadi Sufyan, dekat dengan Badar. Namun demikian mereka tidak dapat mengejar agresor musyrikin sehingga mereka pun harus kembali tanpa ada peperangan.

Perang Badar yang meletus antara kaum muslimin dan orang-orang musyrik adalah sebelumnya dipicu oleh beberapa sebab yang muncul dari kaum musyrikin itu sendiri, di antaranya adalah Adanya Pengusiran Kaum Muslimin dari Kota Mekkah Serta Perampasan Harta Benda Mereka.

Genderang perang terhadap kaum muslimin sebenarnya sudah ditabuh oleh orang-orang musyrikin sejak Rasulullah saw mengumandangkan risalah dakwah yang beliau bawa. Mereka menghalalkan darah kaum muslimin dan harta benda mereka di kota Makkah, khususnya terhadap orang-orang Muhajirin. Mereka rampas rumah dan kekayaan kaum Muhajirin.

Kaum muslimin pun melarikan diri dan menukarnya dengan keridhoan Allah swt. Orang kafir Quraisy merampas dan menguasai harta benda Shuhaib sebagai imbalan diizinkannya ia untuk berhijrah ke Madinah. Mereka juga menduduki rumah-rumah dan peninggalan kaum muslimin yang ditinggal oleh pemiliknya.

Sebab kedua adalah karena Penindasan Terhadap Umat Islam Hingga Kota Madinah. Apa yang dilakukan orang Quraisy terhadap umat Islam ternyata tidak hanya ketika mereka berada di Kota Makkah. Di bawah pimpinan Kurz bin Habbab Al-Fihri, mereka memprovokasi kaum musyrikin lainnya untuk menyerang, menteror, dan menguasai harta benda milik kaum muslimin yang ada di Kota Madinah sebagaimana yang terjadi pada Perang Badar Shughra.

Oleh karena itu, sudah sewajarnya apabila orang-orang musyrik menerima balasan atas semua permusuhan dan penindasan mereka terhadap umat Islam. Mereka begitu sadar bahwa banyak kepentingan dan hasil perdagangan mereka yang akan berpindah ke tangan orang-orang Islam di sana, selain bahwa itu juga Islam telah memiliki pasukan dan wilayah yang mampu memberikan perlawanan atas kewenang-wenangan, menegakkan kebenaran dan menumbangkan kebatilan meskipun orang-orang yang berhati durjana tidak menyukainya.

Perbuatan orang-orang musyrik terhadap kaum muslimin sangat menghambat laju dakwah yang dilakukan oleh Rasulullah dan para sahabatnya. Demikianlah detik-detik menjelang pecahnya perang badar yang terjadi antara kaum musyrik Quraisy dan kaum muslimin.

Lalu, apa yang dilakukan oleh Rasulullah untuk menghadapi perlakuan kaum musyrik quraisy tersebut...? Temukan jawabannya dalam jalannya perang badar episode kedua dalam Tinta Emas berikutnya.

Nah Penasaran kan… Pengen dengar kisahnya…? Dengarkan saja radionya disini ni…!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar